Minggu, 07 Februari 2010

Figuran

Lihat tumpukan kertas didepanmu
Mungkin sama kusut dengan wajahku
Disana Kutulis Nasib Alam, Dunia dan hatimu
Tak jauh beda dengan kertas itu
Sama sama menumpuk dan menjadi layu…..

Daguku tak mampu mencongak lagi
Sedang kau Masih duduk dikursi ini
Mungkinkah segelas air yang ku nanti memberi arti
Bahwa harap untuk berjuang tak mungkin mati
Seperti kesempatan hari ini
Berserak seperti kertas yang kau bagi,
Mungkinkah menjadi rangkaian puisi

Teman Jangan dulu beranjak….
Sekuntum mawar yang kau letak dimeja kerja itu akan terinjak
Berderak seperti tulang temulang yang remuk berserak
Seperti nasib ku, istrimu dan anak negeri ini yang Terus Injak
Berderak… dan Mengisak

Karena suara gemuruh alat pengangkut warisan kita akan kalah
Merdu suling yang Tuan pencuri tiup juga makin merendah
Tak lagi Mendayu makin melemah
Terengah dan mungkin kita akan menjadi sampah

Aku tak mau menjadi kaca cermin itu
Gelang atau cincinmu
Juga suling atau kertas itu
Semua bermakna Satu
Hanya melengkapi hidupmu
Hidup tuanmu
Juga untuk membasuh kotoranmu

Kita bukan figuran
Seperti kertas yang kau tumpuk didepanmu
Atau seruling mendayu itu
Karena kita punya satu tujuan

Menusuk jantung sang Tuan hingga ia mengadu
Karena kita bukan figuran
Berjuang dengan segala kegaduhan
Itu menurutmu sang Tuan
Bukan menurut Tuhan
Karena Cuma itu cara kami memarahimu……..Tuan
Agar Tuan sadar manusia itu sama
Tak ada figuran….

Menangislah lebih dalam jika Tuan Berkenan
Resap lebih jauh, seperti kau membayangkan hamparan padi dipinggir hutan
Seolah memandangi sekelompok petani yang kepanasan
Mengusap keringat dihamparan kuning hasil panen

Lalu…..
Coba bayangkan
sedihkan Tuan menghisap darah sesama kawan
sesama Manusia yang tak ada Figuran
karena Tuan, aku, ibu, bapak dan istri Tuan yang pandai bersolek itu terlahir sendiri
Juga akan mati sendiri

Sendiri…
Seperti Tuan dan istri tuan dilahirkan tadi
Tak ada kawan, tak ada pabrik yang tuan banggakan
Kau akan sendirian Tuan, seperti bocah yang tersesat ditengah hutan
Tak ada kuasa seperti hari ini, disaat kau hisap sumsum ekonomi kami
Tak ada yang membelamu, seperti penegak hokum yang kau beli hari ini
Tak ada yang mengawalmu seperti Polisi atau Tentara yang kau santuni
Sendiri………..

Kau akan sendiri Tuan……
Seperti filosofi mati…

Karena itu kenapa tak meyakini makna hidup berbagi
layaknya sosialisme yang kami yakini

Karenanya….
Berhentilah memiskinkan orang yang akan sendiri seperi Tuan
Berhentilah Menghisap, dan mencuri kesejahteraan kawan
Berhentilah korupsi Tuan
Karena Tuan akan menyesal kedepan
Karena sepi hingga ajal Tuan

sehingga Tuan lah yang akan menjadi Figuran……………………….

Edo, 20 januari 2010

0 komentar:

Posting Komentar

untuk teman-teman yg belum punya web or blog pada bagian kolom "BERI KOMENTAR SEBAGAI" : pilih Name / URL, Kolom nama di isi sesuai nama anda dan pada kolom URL kosongkan saja, demikianlah & terima kasih atas partisifasinya

KONSENSUS

OPINI

  • Kaca Benggala: Sumpah Palapa - Oleh: Agus Jabo Priyono*) Ibarat pepatah, sebagai sebuah bangsa kita sedang berlayar dengan perahu besar, melawan gelombang liar. Dikurung langit yang tla...
    14 tahun yang lalu

ARSIP

BERANDA