Selasa, 12 Januari 2010

Di Statsiun Tawang

Meninggalkan Semarang
selalu kehilangan banyak

Beberapa menjengkelkan
seperti bell kereta yang berdentang keras di gendang telinga

Sebagian menyayat
seperti jerit peluit masinis yang dituduh komunis

Selalu harus kulewati kota tua
jendela-jendela kuno
yang pernah kuambil gambarmu pada sepotong petang
diam-diam ingin kukecup senyum yang ligar* di bibirmu

Lalu pada pagi putih
kereta membaku ke Jakarta
diringi lagu "Love me tender.."
mengertikah, setiap pergi aku berjanji kembali?

Waktu itu, aku lupa mengukur
seberapa tanah-tanah dan musim menghendakiku?

Kali ini, kutinggalkan statsiun Tawang
tanpa kata-kata dan air mata

Biarlah semesta memilihku
karena setelah Cirebon
aku kehilangan selera menggambar peta perjalanan


Statsiun Tawang, Semarang 30 Oktober 2009
Dewi Nova Wahyuni
*ligar: mekar dalam bahasa Sunda

0 komentar:

Posting Komentar

untuk teman-teman yg belum punya web or blog pada bagian kolom "BERI KOMENTAR SEBAGAI" : pilih Name / URL, Kolom nama di isi sesuai nama anda dan pada kolom URL kosongkan saja, demikianlah & terima kasih atas partisifasinya

KONSENSUS

OPINI

  • Kaca Benggala: Sumpah Palapa - Oleh: Agus Jabo Priyono*) Ibarat pepatah, sebagai sebuah bangsa kita sedang berlayar dengan perahu besar, melawan gelombang liar. Dikurung langit yang tla...
    14 tahun yang lalu

ARSIP

BERANDA