Senin, 21 Desember 2009

surat part II Biarkan Tak Terkendali agar Faham Semua Tak Berbatas

Surat Part II

Politiksaman.com-Sastra (06/12), sastra berupa surat dengan judul BIARKAN TAK TERKENDALI, AGAR FAHAM SEMUA BERBATAS ini mencoba memberikan sebuah pemaham sederhana tentang resahnya seorang wartawan muda yang meminta seorang guru perempuan yang dikaguminya menjelaskan tentang sejarah kaumnya yang menurut pemuda itu amat merisaukan, karena perempuan saat ini tidak mengenal jatidirnya dan sejarah kaumnya. Agar mudah dicerna, tentang gejala social yang ada disekitar kita maka penulis mencoba mengunakan metode penulisan sastra seperti surat, seperti juga pernah dilakukan Pramoedya Ananta Toer dalam karanganya Hokikau. Semua tokoh dalam tulisan ini adalah fiktif. Dan surat ini adalah sastra yang ingin disampaikan kepada semua yang membacanya. Selamat membaca dan edisi Sastra Surat ini akan dikemas melalui beberapa seri setiap minggunya. Dan bagi yang membaca dan ingin membalasnya menjadi seolah orang yang ditujuh oleh karangan sastra ini, atau mengkritik, memaki dan menolak pandangannya, atau alur tulisannya dapat dikirim ke E-Mail : Edos87@yahoo.com atau Face Book : Edos Saman.

BIARKAN TAK TERKENDALI, AGAR FAHAM SEMUA BERBATAS

Adinda yang bimbang,
Aku terima suratmu beberapa hari lalu, diwaktu dikotaku adalah sebuah perhelatan pemilihan ketua legislative. Disini ramai sekali adinda, ada panji-panji mereka berkibar dimana-mana dengan baris berbaris rapi seperti ular yang sedang diluruskan. Entah ada berapa jumlah pesertanya setidaknya hitunganku lebih dari 500 orang, aku tak begitu memperhatikan. Sebab aku terlalu bersemangat untuk segera cepat pulang membaca suratmu yang bersampul biru itu.

Namun kemacetan membuatku harus menunggu lama agar sepeda motor butut ku bisa bergerak lagi. Sebuah hadiah dari seorang kawan keluaran tahun 87, dihibakan kepada ku agar lebih mudah mencari narasumber beritaku. Aku coba memainkan kamera didalam tas saku ku untuk mengabadikan seorang mahasiswa yang berpidato diatas sound system yang bersuara gemuruh. Sekitar 5 petik aku memaksakan untuk menjalankan sepeda motor ku. Semua kawan seprofesi melihatku tak lazim, karena biasanya bila ada parade aksi pasti aku pertama kali yang hadir meminta informasi kepada peserta atau panitia aksi. Tapi kali ini kekuatan suratmu mengalahkan kebiasaanku. Apakah ini sebuah kewajaran adinda ?, atau ekses dari rasa sepiku yang tak memiliki kawan sejiwa yang lugas berbicara semua tentang dunia ini, bahkan seks sekalipun dalam bingkai ilmiah.

Adinda cantik,
Aku membaca sebuah kalimat ditenggah uraian suratmu, tentang kawan yang mengatakan bosan menjadi aktivis yang tak berhari depan. Dan rakyat tak pernah memberikan kata puji atau bangga padanya. Penjelasanmu tentang hal itu cukup padat, namun tentang sebuah pilihan hidup mungkin membuatku juga mesti berpikir. Apakah aktivitas membela rakyat, mengadvokasi hingga melakukan sebuah tindakan bersama melalui aksi juga adalah sebuah profesi atau sebuah keyakinan ? kenapa juga kebanyakan kaum muda yang tak tercerahkan, berpikir sama seperti temanmu. Bahkan akupun begitu ketika kuliah, diskusi dan aksi membosankan bagiku seperti orang yang hanya membuang-buangkan waktu saja, amat memuakkan melihat kawan-kawan mahasiswa berdebat tentang masalah nasional waktu itu, karena aku tak fahami ada nilai kemanusian yang kuat disana. Baru sekarang aku sadar bahwa ternyata aku salah, justru kawan-kawan ku tersebut menjadi tokoh dari setiap catatan sejarah tinta pena jurnalisku. Menggugah memang, seperti kisahmu pada suratmu itu. Semoga kau terus bersemangat dan meyakini sepenuhnya pilihan hidupmu. Menjadi seorang guru dan aktivis didunia gerakan mungkin amat membuatmu sibuk untuk mebagi waktu adinda. Memang kau bukan anak muda kebanyakan adinda.

Anak muda adinda katanya lebih memikirkan Blackberry ketimbang pancasila, sebuah kutipan bahasa andi malaranggeng membuat aku sedu sedan menahan tertawa sendiri membaca kalimat itu. HP Blackberry yang membuat adikku juga tak mau sekolah selama 4 hari, jika tak dibelikan ayahku yang kerjanya hanya bertani dengan tanah yang kecil, seperti petani karet lainnya didaerahku, yang lahanya makin sempit karena digusur oleh korporasi perkebunan sawit. Konflik pertanahan disini amat tinggi adinda, karena yang boleh mengunakan Tanah konservasi hanya perusahaan perkebunan, seperti halnya kasus Trans HTI di Kec. Muara Lakitan di Kabupaten ku. Ada 70 ribu hektar HGU untuk PT. MHP yang dulunya adalah group Barito, ada banyak tanah konservasi yang terindikasi dicaplok oleh mereka. Tapi jika rakyat maka hokum akan berjalan, seperti pada seorang kades (kepala desa) didaerah tersebut, karena membela haknya bersama rakyat diganjar penjara oleh korporasi perkebunan tersebut.

Kau bayangkan adinda di 7 Desa ini dengan jumlah kk tiap desa mencapai 500 kk rata-rata tidak memiliki batas desa yang jelas, bahkan itu sudah puluhan tahun. Aneh bukan ada sebuah desa tampa wilayah hokum. Disini kau akan tersesat jika kau mencoba menyambangi mereka, karena semuanya hampir menjadi hutan akasia dengan jalan tanpa aspal dan hidup tanpa lampu. Bahkan anehnya lagi adinda cantik, banyak pejabat daerah yang tak tau letak desa tersebut. Sayangnya anak-anak muda dan mahasiswa seperti ditempatmu tidak memberikan bantuan apa-apa, padahal ayah dan ibu mereka mungkin juga adalah petani.

Seperti itu juga mungkin angkatan muda Negara ini, jika dijejerkan produk kapitalisme berupa HP blackberry itu dengan pancasila bisa jadi pancasila tak ditoleh sedikitpun. Itulah kira-kira, mungkinkah mereka durhaka adinda, menjadi mahasiswa dan pemuda namun tidak peduli dengan nasib orang-orang yang sama profesinya dengan ayah dan ibunya.

Sebuah pergeseran ya…..namun itu membuat ku malu terkadang secara individu. Karena kawan-kawan mahasiswa yang kukenal didaerahku kebanyakan lebih suka pacaran atau sibuk mencoba hal baru dunia malam, drugs hingga kebut-kebutan dijalan. Ada organisasi namun hanya untuk belajar menjadi makelar proposal atau belajar memuji pejabat agar dapat ceceran ekonomi. Tak ada kegiatan advokasi seperti yang sering kau sebut-sebut dalam percakapan kita, dak ada juga kurpol-kurpol yang mendidikan mahasiswa cara mengeluarkan para petani dari belenggu kapitalisme yang mencaplok lahan petani dan keganasan rentenir tempat mereka meminjam uang untuk membeli bibit dan membeli pupuk untuk tanamannya. Pemuda disini tak tau bagaimana nasib dan keluh para petani, yang juga mungkin bapak, saudaranya juga petani. Semoga disana para pemuda itu tak seperti didaerahku adinda.



ARTI SETIA

Adinda,
Terima kasih kau mempercayaiku untuk menjadi teman diskusimu, meski kadang aku perlu penerjemah mengartikan kata-kata ilmiahmu yang begitu tinggi. Namun aku suka, hal itu membuatku sadar, betapa rendahnya kemampuan intlektualku dalam kosakata. Ceritamu tentang masalah hubungan permanent dalam pernikahan dan tentang setia menurutmu aku cukup aku famahi, meski itu terlalu radikal bagi masyarakat umum. Konsepsi hubungan yang brilian bagiku, bagaimana kau menuturkan bahwa dalam kehidupan modern komitmen adalah sebuah LOI (letter Of inten) yang mesti didiskusikan bersama pasangan. Membuat penjelasan tentang hak dan kewajiban dengan pasangan hingga memantapkan target masa depan adalah sebuah keharusn. Kau mencontohkan, ketika kau ditafsir seorang pemuda yang bertitel sarjana tak mampu menjawab tanyamu tentang hak dan kewajibanmu dengan dirinya. Mungkin hal yang aneh adinda, karena selama ini cukup dengan kata, aku mnyukaimu, maukah menjadi pacarku ?. lalu berjalan berbincang tentang kawan, dan ujung-ujungnya adalah seks. Aku akui bahwa kadang kala tujuan mesum itu dibalut serapi mungkin lewat sayang, dan mengunakan kata itu juga untuk mendapatkan hubungan badan..ih mengelikan adinda. Tapi kadang ada juga tanpa mukadimah atau foreplay bahasa kerennya, karena semuanya tanpa kejelasan hah, dan didorong oleh insting dan kebutuhan biologisnya, mereka melakukan tanpa sadar dan terencana. Hal itu lah yang kuyakini kenapa angka kehamilan diluar nikah meningkat didaerahku, mungkin juga ditempatmu.

Setia yang kau tulis adalah menjalankan hasil point dan item kesepakatan dalam hubungan, seperti juga yang secara garis besar tertera dibuku nikah adalah mutlak. Namun menurutku tidak begitu mutlak, jika tak diuraikan secara detail tentang hak pasangan masing-masing, misalkan tentang kesepakatan hukuman bagi yang melanggar janji/point kesepakatan itu. Contohnya misalkan salah satu pasangan tertangkap selingkuh. Tentunya jika telah ada komitmen yang disepakati diawal, kita telah mengetahui apa yang mesti dilakukan. Artinya aturan maen yang disepakati dalam pacaran atau menikah adalah hal yang prinsip. Karena dalam bahasa hokum, hokum dibuat untuk membatasi tingkah laku manusia. Karena itu sebuah hubungan tanpa aturan, tanpa komitmen jangan berharap dengan kesetiaan. Karena hampir sebagian besar pasangan suami istri selingkuh meski tak sempat berhubungan biologis, namun mungkinkah itu adalah imbas dari komunikasi antara pasangan yang buruk. Seperti kawan ku kecil yang sekarang telah memiliki 2 orang anak, ia membayangkan sebuah posisi hubungan intim yang ia idam-idamkan entah dapat inspirasi darimana, karena selama ini mereka tak pernah membuat aturan, dan diskusi kebutuhannya akhirnya membuat ia melakukannya dengan gadis malam. Ini sebuah contoh mungkin. Ketabuan tentang pengungkapan pantasi dan kejujuran antar pasangan amat tinggi dinegeri ini menurutku, kuharap kau dapat memberikan sebuah tulisan yang detail tentang makna setia ini nanti adinda, tesis ilmu social yang akan menjadi panduan bagi kita kelak.

Agar arti setia itu tidak abstrak lagi, karena setia adalah ke-mau-an menjalankan aturan yang dibuat dalam membangun hubungan baik itu pada tingkat pacaran maupun legal administrasi Negara (dibekali buku nikah). Apakah arti setia itu hanya pada tidak melakukan selingkuh atau affair dengan lawan jenis lain ?, menurutku tidak begitu, SETIA bukan berarti TIDAK SELINGKUH. Setia itu bagiku adalah kejujuran mengutarakan kebutuhan hidup dengan pasangan baik secara materi, biologis dan dukungan moral mencapai target karier ekonomi, politik dan social masing-masing individu. Kesetiaan itu akan diuji dengan seberapa kuat kebersamaan berbagi, berdiskusi dan menguatkan sesama pasangan. Karena persatuan dilakukan harus didasarkan pada kesamaan cara pandang hidup, kesamaan program hidup dan keterbukaan kebutuhan biologis. Karena terkadang kemampanan ekonomi bukan jaminan untuk untuknya sebuah jalinan hubungan, terkadang kebuntuan komunikasi biologis dapat menjadi makin keruhnya suasana psikologis pasangan.

Jadi kusimpulkan arti Setia itu Adinda adalah komitmen menjalankan aturan yang dibuat bersama secara terbuka, fleksibel dan bertanggung jawab. Jika tidak tercantum dalam komitmen tersebut, hal yang dilakukan diluar itu tidak dapat dikatakan tidak setia. Misalkan dalam hubungan pacaran, disepakati antara hak laki-laki hanya memegang tangan, dan perempuan juga sama, artinya jika ia menginginkan ciuman dan tidak disepakati, ia meminta bantuan orang lain untuk dicium atau mencium adalah bukan kategori tidak setia. Karena kesepakatan adalah patokan dan prinsip. Namun apakah ini tidak terlalu radikal menurutmu adinda ? karena jika harus jujur, banyak pasangan main belakang. Karena kadang lelaki melakukan hubungan dengan perempuan lain, jika istri atau pasangan perempuannya tak mampu memenuhi kebutuhan psikologis ataupun biologisnya, tanpa diskusi dan menjelaskan kepada pasangannya. Hal ini sebuah kebodohan dan karena ke kolot kita adinda, tak pernah jujur dengan kebutuhan diri sendiri. Padahal kita fahami bersama, arti pasangan hidup adalah teman berbagi dalam suka maupun duka, baik susah maupun senang seperti itulah kira-kira kalimat yang terurai dalam surat nikah. Aku tunggu jawabmu adinda tentang Setia ini, bagaimana menurutmu aku tunggu adinda.

Adinda yang baik,
Kau tau adinda ternyata semua kita memiliki masalah yang sama, yaitu jujur dengan pasangan tentang semua program masa depan kita, kebutuhan, harapan bahkan bicara tentang strategi dan taktik menaklukan ancaman budaya kapitalisme yang membuat kita makin sulit mengapai arti kesejateraan dalam hidup ini. Karena angka kebutuhan hidup minimum (KHM) lebih tinggi dibanding gaji ku sebagai jurnalis atau juga dirimu sebagai guru PNS gol. 3 A. Apalagi buruh pabrik dan pekerja serabutan adinda. Coba bayangkan bagaimana caranya mengurangi anggaran biaya kebutuhan hidupnya, amat berat tentunya. Karena itu sebuah keharusan akibat desakan kebutuhan ekonomi ini, setiap individu dalam lingkar komitment tersebut produktif. Menurutku memanipulasi ego laki-laki dengan anggapan perempuan tak perlu kerja dan membersihkan rumah serta merawat anak saja dalam hubungan pernikahan adalah sebuah kemunduran yang sok heroic. Tapi justru itu akan merugikan sang perempuan itu sendiri, bayangkan jika hubungan tersebut ternyata premature atau bubar ditengah jalan, dapatkan perempuan bertahan hidup. Tentunya nanti jalan pintas akan menjadi pilihan bagi kaummu yang tak memiliki kemampuan secara intlektual maupun keyakinan agamais. Kebiasaan menerima uang dari pasangannya membuatnya nantu terjebak dalam kebuntuan bertahan hidup. Karena semua tak abadi kau, aku dan juga bangunan hubungan yang kita bangun. Semua akan diuji oleh alam. Seperti ungkapmu, yang menolak siapapun laki-laki yang ingin membangun komitmen denganmu dengan membatasi dirimu dan menyetop kegiatan ekonomi dan politikmu. Kau mengibaratkan dirimu sama dengan metodelogi perempuan di komplek pelacuran jika kau tak kerja. Hanya meladeni dan memuaskan kebutuhan biologis pasanganmu setelah itu baru suami/pasangan memberikan daftar gaji atau uang hasil kerjanya. Seperti perempuan disana yang setelah selesani memuaskan nafsu syahwat langganannya ia mendapatkan upah/bayaran. Sebuah analogi yang membuat aku merinding, begitu jauh pemahamanmu tentang kemandirian dan hak seorang wanita yang kau fahami dalam konsepsi hubungan modern. Andai semua perempuan memiliki pola pikir sepertimu, tentunya kesamaan gender itu akan melaju dengan cepat.

Aku juga menyukai paparanmu tentang kenapa perempuan juga harus memiliki penghasilan. Benar juga menurutku memang bukan hal yang aneh lagi, perempuan kadang dalam rumah tangga tak memiliki hak menentukan masa depan anak-anaknya atau tekanan psikologis terus menjadi makanan sehari-hari baginya. Akibat ketergantungan ekonomi dengan pasangannya, membuatnya takut mengungkapkan pandangannya, banyak juga karena dianggap menjadi beban pasangannya akhirnya tindakan kekerasan rumah tangga menjadi sebuah klimaks dari ketimpangan itu. Memang tak semuanya benar, namun jika dipadang dari sudut kodrati manusia dan sejarah perempuan tentunya kerja adalah sebuah kebutuhan bagi setiap manusia, baik itu aktivitas yang menghasilkan ekonomi atau kegiatan lainya yang bermamfaat bagi dirinya sendiri. Aku hanya bersepakat tentang perempuan dalam sebuah hubungan harus memiliki peran dan kedudukan yang sama, baik dalam segi ekonomi hingga penentuan program jangka panjang hubungan, seperti hal yang tersirat dalam sebuah pernikahan, penentuan orientasi pendidikan anak, pengembangan kemampuan anak dsb. Perempuan harus punya hak menentukan, tentunya seperti katamu adinda yang cerdas, agar memiliki bargaining maka perempuan juga harus memiliki kemampuan ekonomi yang produktif (bekerja) agar klaim dan egoisme salah satu pasangan dapat diredam dan keseimbangan hubungan dapat dicapai. Meski ini sulit, mungkin akan menjadi sebuah bahan diskusiku dengan saudara-saudara perempuan ku adinda.

Aku pernah mencoba menghitung kebutuhan hidupku dalam satu bulannya dengan kebutuhan normative, tanpa kegiatan over head ternyata aku butuh 2 jt lebih untuk memenuhi kebutuhan minimum ku sendiri. Bayangkan jika dalam rumahku ada 3 atau 4 kepala plus ayah dan ibu, artinya orang tuaku butuh 12 juta sebulan untuk mencukupi kebutuhan hidup anak-anaknya dan dirinya. Bayangkan bagaimana para PNS itu mengakali hidupnya ?, dan bayangkan juga bagaimana para petani mencari uang sebanyak itu dalam sebulan.adinda ?

Kurasa biarlah sementara ini berjalan tak terkendali adinda, agar mereka sadar semua berbatas. Bukan hanya umur didunia pana, pemaham kita pun berbatas, fisik dan juga kemampuan ekonomi kita yang terus dibayangi oleh semua keterbatasan, yang terus bergelut mengakali mengurangi kebutuhan hidup setiap hari agar gaji cukup satu bulan, agar pendapatan dan hutang seimbang. Inilah kerja rutin rakyat kita adinda, sedangkan kapitalisme berpikir bagaimana merebut uang receh didalam sapu tangan dekil milik rakyat. Hingga kehidupan social terkecil kita dikejar oleh kutukan ini. Karena itu mari kita merangkul semua resah itu adinda, mungkin dapat memberikan sebuah sumbangan pencerahan, meski itu adalah selemahnya iman kita.

Aku tunggu balasanmu, semoga kau tak bosan membaca balasan suratku dengan kalimat dan susunan kata-kata yang tak seanggun kalimat-kalimatmu yang begitu kuat dan mudah kucerna. Memang butuh waktu lama bagiku untuk mencapai kekuatan tulisan seperti yang terkandung dalam setiap surat-suratmu, begitu rinci setiap kejadian kau paparkan, begitu lengkap penjelasannya dengan analogi dan contoh yang tepat. Kau memang begitu Sempurna menurutku adinda. Aku akhiri rangkaian kalimat dalam suratku ini, dengan kata aku membutuhkan sosok perempuan sepertimu kelak untuk menjadi teman hidup satu tim menaklukan dan menyibak misteri hidup ini.

Salam hangat untukmu
Semoga Tuhan terus berkenan memberiku kesehatan dan kecantikan itu selamanya
Dari pemuda Ulak Lebar minggu ketiga Desember.
Salam hangat untuk kawan cantikku
SAMAN

0 komentar:

Posting Komentar

untuk teman-teman yg belum punya web or blog pada bagian kolom "BERI KOMENTAR SEBAGAI" : pilih Name / URL, Kolom nama di isi sesuai nama anda dan pada kolom URL kosongkan saja, demikianlah & terima kasih atas partisifasinya

KONSENSUS

OPINI

  • Kaca Benggala: Sumpah Palapa - Oleh: Agus Jabo Priyono*) Ibarat pepatah, sebagai sebuah bangsa kita sedang berlayar dengan perahu besar, melawan gelombang liar. Dikurung langit yang tla...
    14 tahun yang lalu

ARSIP

BERANDA