Selasa, 08 September 2009

MEDEKA

Tanah ini dulu dipenuhi mayat petani
menjadi pekerja rodi...
kota ini dulu Dihiasi wanita pribumi yang merintih pedih
dipaksa menjadi nyi dan pemuas nafsu kolonial
Buruh menjadi pekerja tanpa upah
begitu remuk redam jiwa ibu pertiwi

disini...saudaraku
dibawah rerimbun hutan ini tempat kolonial membuang pembangkang
kau tau...pohon yang kau robohkan untuk saudagarmu itu subur dipupuk dengan darah.
Dibawah rindang daun pepohon hutan ini menjadi saksi mayat anak2 muda bergelimpangan disini
pohon yang kau robohkan untuk kau jual ke cukong-cukong perambah hutan itu
tegak dan kokok karena menyerap semangat itu, marah karena luka itu

Tega kau...kawan
kau tak ubahnya dengan knil kolonial
tak bedanya dengan kaum tua saat ini..
Yang menghiba dan menyerahkan diri menjadi budak
budak perambah hutan ibu pertiwi
budah pembunuh kaum muda untuk merdeka
budak penjual perempuan pribumi untuk komersialisasi

kejam...kau saudaraku
kau robohkan hutan ibu pertiwi ini
kau rontokkan semangat kaum muda dengan terormu
memang jalan ini akan terus memilu
64 tahun lalu sia-sia
tawa riuh Merdeka hanya lalu
kini berganti dengan kemiskinan
ditukar dengan kemelaratan
dihadapkan dengan pengangguran
dihiasi sarjana tanpa kerja

merdeka...
Itu milik mereka,
milik cukongmu yg buncit
milik saudagarmu yang telah menghancurkan hutanku
milik temanmu kau tua yang korup
milik mereka yang menjajakan wanita pribumi menjadi pemuas nafsu teman baratmu

MEDEKA...
Hanya itu yang bisa kami ucapkan
menghormati semangat kaum muda itu
dijalan ini dulu riuh suara baris berbaris milisi muda untuk merdeka.

MEDEKA...
Hanya itu yang mampu keluar dari tenggorokan ku
sebab 'R' itu milik rakyat
karena kaum tani, buruh dan kaum miskin kota belum MERDEKA.

0 komentar:

Posting Komentar

untuk teman-teman yg belum punya web or blog pada bagian kolom "BERI KOMENTAR SEBAGAI" : pilih Name / URL, Kolom nama di isi sesuai nama anda dan pada kolom URL kosongkan saja, demikianlah & terima kasih atas partisifasinya

KONSENSUS

OPINI

  • Kaca Benggala: Sumpah Palapa - Oleh: Agus Jabo Priyono*) Ibarat pepatah, sebagai sebuah bangsa kita sedang berlayar dengan perahu besar, melawan gelombang liar. Dikurung langit yang tla...
    15 tahun yang lalu

ARSIP

BERANDA