Selasa, 08 September 2009

Ludah yang memilu-kan

Dalam catatan itu kami primitif. Sekelompok manusia tak beradab, karena tak mematuhi aturan, karena korupsi yang tumbuh dimana-mana layaknya bisul yang tumbuh dibadan tanpa sembuh. Negara ini tak bisa tertawa, uganda, ethopia dan somalia yang dulu dinyanyikan karena lapar, kini lebih beradab dari negara ini.

Ludah itu kau semprotkan didahi kami, bau dan menjijikan karena semua adalah ulahmu jua. 50 persen pamong praja itu telah melakukan korupsi, tapi mau apa ? Karena wasitnya juga dapat bagian. Kau lukai jiwa kami yang muda, karena dosa itu milik mereka. Dia yang berbaju anggun seperti kuning janur kelapa. Penyakit ini bukan warisan kami, tapi dia yang berdiri diatas lebih dari 500 ribu nyawa.

Ludahmu mestikan tidak untuk wajah kami, karena akan kami buktikan itu. Karena tunas-tunas muda itu hampir tegak sempurna, karena kami telah kuat melawan hujan.

Ludah yang memilukan itu akan kami balas dengan tinju. Sebab kami menolak takluk dengan aturan pasarmu, demokrasimu juga jargonmu. Terus gali kubur mu lebih dalam, lebih dalam lagi. Terus kau tindas buruhku itu, dan nanti kau akan mencium kaki mereka. Sebab tanpa mereka pabrikmu hanya sarang hantu.

Bukan kami takut, sebab bertahan adalah sekokoh gunung, karena bergerak pelan serimbun hutan belantara dan ketika kami menyerang seganas halilintar. Akan kami jarah pabrikmu tanpa ampun seganas topan, karena kau telah menghisap kami sampai keubun-ubun.
Ludah yang memilukan kawan.

0 komentar:

Posting Komentar

untuk teman-teman yg belum punya web or blog pada bagian kolom "BERI KOMENTAR SEBAGAI" : pilih Name / URL, Kolom nama di isi sesuai nama anda dan pada kolom URL kosongkan saja, demikianlah & terima kasih atas partisifasinya

KONSENSUS

OPINI

  • Kaca Benggala: Sumpah Palapa - Oleh: Agus Jabo Priyono*) Ibarat pepatah, sebagai sebuah bangsa kita sedang berlayar dengan perahu besar, melawan gelombang liar. Dikurung langit yang tla...
    15 tahun yang lalu

ARSIP

BERANDA